Senin, 06 Februari 2017

Surat bulan Februari

gambar diunduh dari pinterest.com

Hai, kak.
Tadinya aku sudah mengetik ‘Apa kabar?’ di baris kedua surat ini, tapi lalu kuhapus lagi. Bagiku, itu hanya basa-basi busuk yang tak perlu. Mengingat aku melihatmu sedang baik-baik saja, ya... mungkin itu yang hanya tampak dari mataku. Tapi semoga saja memang kabar kakak baik sebaik apa yang aku lihat.
Kak, bagaimana hatimu? Dengar-dengar kakak masih menyimpan apa yang mereka sebut cinta untukku, ya? Agak heran juga kalau memang begitu. Dua tahun aku kira merupakan waktu yang cukup bahkan lebih untuk menghilangkan bayangan seseorang dalam ingat dan harap. Namun ternyata tidak untukmu ya, kak.
Jujur saja, aku tidak merasa seistimewa itu untuk menjadi seseorang yang tidak bisa dilupakan dan dihapus dalam harapan. Oh ralat... aku memang tidak boleh kakak lupakan, kita terikat dalam pertemanan dan persaudaraan. Mungkin lebih tepatnya, bukan melupakan aku tapi melupakan perasaan-perasaan yang pernah ada untukku.  Mengetahui ada manusia yang rela menyediakan ruang di hatinya untukku selama itu hanya membuatku heran. Apa sih istimewanya aku?
Bukannya sedang mengecilkan diri, tapi aku rasa aku adalah perempuan rumit. Apa menariknya aku? Bahkan aku sendiri kadang-kadang tidak bisa mengerti tentang diriku. Kakak adalah laki-laki cerdas dan cukup waras untuk memilih perempuan yang layak untuk mendapatkan potongan hati dan detik waktu berharga kakak. Percayalah kak, bukan aku orangnya.
Aku belum mengenal diriku secara baik. Masih banyak lautan pikiranku yang belum aku selami. Segala tentang diriku seperti kumpulan benang terjalin acak, kusut dan tak beraturan. Aku pesimis akan ada yang mampu merapihkan lagi tiap untainya, karena aku sendiri merasa tak berdaya menghadapi diri ini.
Untuk setiap ajakan kakak yang aku tolak, aku minta maaf. Itu hanya murni aku yang tidak bisa di waktu tersebut. Lain kali akan aku usahakan kita bisa pergi bersama layaknya teman biasa.
Oh iya, aku bukan ingin melarang siapapun untuk jatuh cinta termasuk padaku. Semua orang berhak mencintai dan dicintai. Itu adalah nikmat Tuhan yang patut disyukuri, meski perkara cinta sudah menjadi hal biasa. Terima kasih, kak sudah mencintai perempuan rumit yang tak jarang tidak bisa mengerti dirinya sendiri ini.
Sudah saja, ya. Semoga kakak menjadi lebih bijak lagi dalam menjatuhkan hati. Jangan berhenti belajar, kakak adalah salah satu dari teman-teman lainnya yang menginspirasiku untuk terus menulis dan belajar.


Salam,


Perempuan yang masih belajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar