Rabu, 22 Februari 2017

Day-6

Surat untuk anak-anakku di masa mendatang.


Halo, sayang!

Kalau kamu membaca tulisan ini, ibu pastikan kamu memiliki ibu dengan pengetahuan lebih dari cukup untuk mendidikmu menjadi seorang manusia yang tidak ala kadarnya. Karena anak-anak ibu memang tidak ada yang biasa saja, nak. Mereka istimewa dengan cara yang berbeda.
Ketahuilah anakku, hari ini dan entah sampai kapan ibumu masih terkukung kebodohan. Maka dari itu ia belajar. Ketika muda, ibumu hobi sekali memberi dan menerima tantangan. Menurutnya itu adalah suatu cara elegan untuk memaksa diri agar mau belajar. 
Ibumu suka menulis, hanya saja tidak pandai melakukannya secara konstan. Jadi ketika ada seorang teman menantangnya membuat satu tulisan, sehari dalam waktu tigapuluh hari, ia dengan semangat menyetujuinya. Meski pada akhirnya harus begadang hingga pukul tiga pagi seperti ketika ia membuat surat ini untukmu, ia tidak menyesal sedikit pun. Baginya konsekuensi inilah yang harus ia ambil kalau ingin melakukan perubahan.
Masih banyak tantangan-tantangan yang sudah ia lewati, nak. Namun baginya kegagalan dan keberhasilan bukan menjadi ujung, sayangku. Karena menurutnya lagi, tidak ada kata selesai dalam belajar. Ia akan selalu melebar saat diisi, membuat ibumu ingin terus mengaliri.
Anakku, di dunia yang ibu tempati sekarang, banyak terjadi kekacauan-kekacauan. Kemunafikan di mana-mana, kekejian berkeliaran dan kejahatan sudah serupa hal biasa. Semua diakibatkan keberadaan manusia dungu dengan otak sepertiga lumut dan hati setengah logam, berseliweran, menebar segala kebencian dan keserakahan. Maka itu sayangku, sudah ibu putuskan ibu harus belajar. Ibu harus menjadi cerdas agar  bisa mendidikmu. Buat perubahan itu, anakku. Lanjutkan perjuangan ibu.


Salam,

Ibu

Rangkaian #Challenge sebagai pengganti Day-6, selesai ditulis pada 23 Februari pukul 3.25 dini hari dalam mata berat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar