Rabu, 01 Januari 2020

1 January 2020

Hai.

Pada awalnya aku ingin menuliskan satu hal yang begitu membekas perihal tahun baru. Namun karena suasana hati yang tidak mendukung, mungkin lain kali saja aku ceritakan.

2020, bukan hanya merupakan tahun baru tapi juga dekade baru dan mungkin 'hidup baru' bagiku.
Tahun-tahun sebelumnya peranku dalam keluarga hanyalah menjadi anak, namun terhitung di pertengahan akhir dekade kemarin peranku bertambah menjadi seorang istri. Yang lebih mengejutkan lagi, dekade ini peranku makin meningkat dengan menjadi ibu. Tuhan... Aku hampir menangis menuliskannya.

Aku memang belum siap menjadi ibu, namun siapa yang akan tega untuk menggagalkan lahirnya calon manusia yang tumbuh di rahim sendiri? Aku bukan orangnya. Jadi banyak hal yang aku lakukan untuk menjadi siap. Segalanya dimulai dengan satu langkah, penerimaan. Aku menerima dia untuk tumbuh dan berkembang dalam rahimku, menerimanya dengan status sebagai anakku dan menerimanya untuk aku belajar menjadi ibu.
Segalanya berat di awal. Aku masih ingin makan seenaknya tanpa perlu peduli apakah ada yang bermasalah dan kena imbasnya selain diri sendiri, aku masih ingin bergerak lincah tanpa perlu pusing apakah ada yang terganggu atas gerakanku yang mungkin saja bisa mematikan, banyak hal yang sebenarnya aku masih ingin lakukan tanpa perlu mengkhawatirkan makhluk lain yang bergantung pada hidupku. Namun setelah beberapa malam aku lewati dengan merenung, pelan-pelan aku menerima. Sedikit demi sedikit aku kontrol makananku, aku makan segala yang sangat dia butuhkan meski tidak aku suka, karena akulah penopang hidupnya. Aku turunkan level kelincahanku agar dia makin nyaman bersarang dalam rahimku, bagaimana pun juga hanya rahimku satu-satunya tempat teramannya. Aku pun ikhlas bersusah payah mengonsumsi segala jenis pil yang katanya penambah nutrisi dan vitamin yang dibutuhkan dia. Sekarang ini, apapun yang aku lakukan demi keberlangsungan hidupnya.
Oh.... aku sudah tidak mau melanjutkan menulis lagi karena kalau tidak, bisa-bisa aku akan menghirup ingusku sendiri. Dia memang baru dua bulan menyatu denganku, namun rasanya aku sanggup untuk mati hanya agar dia hidup. Ah........... sudah aku bilang sudah dulu saja. Rasanya terlalu mellow untuk diungkapkan sekarang.

With Love,


A


1 of 365