Untuk Adrian Nurwansyah,
Cil, aku lunas. Perihal kalah atau menang, aku serahkan pada semesta. Yang terpenting, aku lunas.
Berkali-kali kamu bilang kalau aku payah dan tandingan yang lemah. Berkali-kali pula kamu bilang challenge kita tidak menantang. Aku sih selow aja. Karena pada dasarnya, aku tidak suka persaingan.
Di sini pukul 23:16, kurang 44 menit lagi menuju pukul 00:00. Semoga tulisanmu selesai tepat waktu ya. Aku mau mandi dulu.
Bye,
Anisa Arwilah (Rivalmu yang lemah)
Kamis, 30 Maret 2017
Day-31
Gadis manis penjual mimpi
Berdiri di lampu merah
Menggendong bakul di punggungnya
Sambil berteriak: "Mimpi.. mimpi.. sepuluh ribuan saja, mimpi!"
Botol kaca bening diangkatnya tinggi-tinggi
Sesekali diulurkannya pada kaca mobil
"Mimpi pak? Sepuluh ribuan saja."
Yang kadang dibalas gelengan
Namun tak jarang pula ditukar kertas lembaran
Hingga senja, isi bakulnya hampir tandas
Berlarian dari satu jalan ke jalan lainnya
Botol mimpi pun beralih genggaman
Sang gadis tersenyum tenang
"Akhirnya, mimpiku bisa ditukar uang."
Berdiri di lampu merah
Menggendong bakul di punggungnya
Sambil berteriak: "Mimpi.. mimpi.. sepuluh ribuan saja, mimpi!"
Botol kaca bening diangkatnya tinggi-tinggi
Sesekali diulurkannya pada kaca mobil
"Mimpi pak? Sepuluh ribuan saja."
Yang kadang dibalas gelengan
Namun tak jarang pula ditukar kertas lembaran
Hingga senja, isi bakulnya hampir tandas
Berlarian dari satu jalan ke jalan lainnya
Botol mimpi pun beralih genggaman
Sang gadis tersenyum tenang
"Akhirnya, mimpiku bisa ditukar uang."
Day-30
Aku ingin cerita,
Sepanjang malam selepas ditinggal senja
Aku berdiri mematung memandang cakrawala
Ditemani gelapnya langit
Dan secangkir kopi pekat
Kalau kamu tahu,
Aku merasa sedang bernostalgia
Ketika dicumbu sunyi dan dipagut sepi
Melemparku ke detik di mana hanya ada aksara dan pena
Selebihnya, aku pikir aku baik-baik saja
Sepanjang malam selepas ditinggal senja
Aku berdiri mematung memandang cakrawala
Ditemani gelapnya langit
Dan secangkir kopi pekat
Kalau kamu tahu,
Aku merasa sedang bernostalgia
Ketika dicumbu sunyi dan dipagut sepi
Melemparku ke detik di mana hanya ada aksara dan pena
Selebihnya, aku pikir aku baik-baik saja
Day-29
Sumpah demi air keringatku yang rasanya asin, kamu masih menjadi makhluk Tuhan paling mengagumkan. Meski dengan kaos oblong kedodoran dan jeans belel yang dekil nan kumal.
Sumpah demi air mataku yang sudah tak lagi jatuh di separuh malam, kamu masih menjadi makhluk Tuhan paling menggemaskan. Rambut gimbalmu yang selalu ingin aku usap-usap, membuat rinduku makin meluap.
Sumpah demi air susuku yang belum pernah kucicipi, kamu masih menjadi makhluk Tuhan paling membanggakan. Dengan predikat, "Laki-laki paling rajin mandi dan gosok gigi" bikin kamu makin memesona di mataku.
Oh... Kamu, yang akan segera aku rindu.
PS: Fail? Yes!
Sumpah demi air mataku yang sudah tak lagi jatuh di separuh malam, kamu masih menjadi makhluk Tuhan paling menggemaskan. Rambut gimbalmu yang selalu ingin aku usap-usap, membuat rinduku makin meluap.
Sumpah demi air susuku yang belum pernah kucicipi, kamu masih menjadi makhluk Tuhan paling membanggakan. Dengan predikat, "Laki-laki paling rajin mandi dan gosok gigi" bikin kamu makin memesona di mataku.
Oh... Kamu, yang akan segera aku rindu.
PS: Fail? Yes!
Day-28
Larik demi larik telah coba kusingkap
Tiap untaiannya kuregangkan untukmu bernapas
Akalku selalu diputar mencari jawaban
Namun pada akhirnya tak berujung keyakinan
Kukira duia tak tergoyahkan
Membumbung harapku pada suaramu
Namun mulutmu selalu bungkam
Kerongkonganmu tercekat kemunafikan
Kotak pandora, sialan!
Tiap untaiannya kuregangkan untukmu bernapas
Akalku selalu diputar mencari jawaban
Namun pada akhirnya tak berujung keyakinan
Kukira duia tak tergoyahkan
Membumbung harapku pada suaramu
Namun mulutmu selalu bungkam
Kerongkonganmu tercekat kemunafikan
Kotak pandora, sialan!
Day-27
Untuk laki-laki di
pojok sana, yang matanya sedang berpagutan mencumbu aksara. Maukah kamu menukar bahagia dengan koin bernama luka?
Ah... tak usah resah. Kalau tidak mau pun tidak apa, aku mana bisa memaksa.
Tapi jangan menyesal kalau suatu saat bahagiamu berujung nestapa, karena telah tega mengabaikan luka yang kini menganga.
Day-26
Kamu kangen? Sama, aku
juga.
Tapi kalau kamu tanya
kangenku sudah sebesar apa, maka dari skala 0-10 aku pilih angka terkecil saja.
0,0001.
Iya.
Kecil aja soalnya
kangen aku ke kamu bakal nambah terus tiap waktu.
PS: Maaf. Itu Fail parah!
Day-25
Dendam hanya dimiliki
oleh mereka yang tidak suka berbahagia. Kemurkaan yang dibawa setan tidak hanya
dijadikan barang titipan, namun diolah untuk kemudian hari disalurkan. Bukankah
menjengkelkan ketika bahagia yang kita petik tidak sepenuhnya dirasakan? Akan menjadi
kemunafikan kalau mulut kita mangap menggelontarkan haha-hihi bernada tinggi,
namun dalam hati masih tercekik minta dimerdekakan.
Aku tidak ingin menjadi
rugi. Aku memilih mengikhlaskan. Kembali berkenalan dengan masa lalu,
merangkulnya di sampingku lalu kemudian membebaskan diri ini untuk bahagia.
Day-24
Kamu tau puisi ‘Kangen’
milik Rendra? Ya, begitulah kiranya yang aku rasa ketika melewati hari-hari
kesendirian selepas pecahnya kita.
Kau
tak akan mengerti bagaimana kesepianku
menghadapi
kemerdekaan tanpa cinta
kau
tak akan mengerti segala lukaku
karena
cinta telah sembunyikan pisaunya.
Kesepian
adalah ketakutan dan kelumpuhan.
Engkau
telah menjadi racun bagi darahku.
Apabila
aku dalam kangen dan sepi
itulah
berarti aku tungku tanpa api.
Untungnya –atau malah
celakanya-, aku telah melewati hari-hari itu. Hari di mana langit biru terasa
sendu, hari di mana gelak tawa bermakna nelangsa, dan hari di mana ada kamu
maka ada dia.
Hari-hari kangen kamu
adalah hari di mana aku berteman dengan hantu bernama kenangan.
Day-23
Ada kalanya aku begitu
sebal dengan tingkah kekasihmu, namun tak jarang pula tingkahnya bikin aku
merasa begitu berharga menjadi seorang perempuan. Persaingan bukan hal yang aku
gemari, memenangkannya pun bukan menjadi sebuah mimpi. Aku hanya tidak suka menjadi
salah satu opsi dalam jawabanmu. Maka ketika aku dijadikan pilihan, aku lebih
baik mundur lalu menghilang. Aku tidak akan membiarkan diri ini kehilangan
keberdayaannya. Aku pantas dijadikan satu-satunya. Jadi, memecah kita menjadi
jalan yang hanya.
Langganan:
Postingan (Atom)