Selasa, 07 Maret 2017

Day-19

Sangaji Pergi ke Desa Kembang
Kalau nggak salah begitulah judul buku pertama yang aku baca sampai tuntas. Tadi udah nyari di google cuma nggak ada. Mungkin karena terlalu usang. Aku sendiri yakin buku itu diterbitkan di jaman orde baru.
Waktu itu aku masih berseragam putih-merah, duduk di kelas dua atau tiga -entahlah aku lupa- ketika menyelesaikan membaca buku itu. Di cover-nya ada cap SMP tempat kakakku sekolah. Itu buku perpustakaan yang sengaja nggak dia kembalikan.
Buku itu yang membuat aku ketagihan untuk membaca kisah-kisah baru dari imajinasi yang keluar dari manusia. Sayang, hanya sedikit buku yang membuatku tertarik untuk membacanya di perpustakaan SD. Maklum, buku-buku di sana kebanyakan buku tip bertani dan berternak, padahal aku lebih suka buku cerita atau novel.
Beranjak ke SMP, kebanyakan novel yang ada di perpustakaan merupakan novel remaja menyek-menyek. Meski agak malesin, tapi aku lumayan menikmatinya. Jaman SMP, aku belum kenal e-book. Internetan saja paling cuma buat buka facebook, friendster dan game online.
Masa SMA, inilah jaman 'Horeeeee kubahagia'. Pasalnya, novel-novel di perpustakaan SMA melimpah. Tahun pertama aku bisa menyelesaikan dua hingga empat buku dalam seminggu. Sampai-sampai aku mendapat label pengunjung terajin di perpustakaan. Hahaha. Aku dapet penghargaan. Itu kali pertama aku maju ke depan lapangan upacara bukan karena dihukum akibat telat atau lupa memakai dasi. Tapi dapet hadiah. Rasanya seneng. Udah gitu aja. Seenggaknya dalam tiga tahun masa SMA-ku, aku pernah maju dapet penghargaan. Wk.
Tahun kedua dan tahun ketiga perpustakaan mulai agak menjemukan. Buku-buku di sana sudah nggak ada lagi yang menarik. Hampir semua yang menggoda udah dilahap abis. Akibatnya aku mulai bergerilya membaca e-book.
Sampai awal kuliah, aku mulai malas membaca buku. Mungkin karena lebih suka membuang waktu dengan ngongkow dan nyinyirin hidup orang. Tapi mengingat Sangaji, membuatku ingat lagi akan nikmatnya membaca buku. Ketika membaca buku, kita tidak hanya membaca kata per kata yang membentuk kalimat tapi juga menjelajahi tiap inci imajinasi seseorang. Membaca buku sama seperti membaca seseorang.


Ditulis ketika rindu Sangaji

Tidak ada komentar:

Posting Komentar