Ketika kau memulai
sesuatu, kau harus berani untuk mengakhirinya, kalau tidak maka bersiaplah
menerima konsekuensi untuk ditamatkan olehnya.
Ya. Aku telah memulai
sesuatu yang salah. Mungkin bagi mereka, ini bukan hal yang serius, ini
hanyalah hal remeh yang dibawa serius olehku. Itu hanya pandangan mereka, lain
untukku. Bagiku, segala sesuatu yang melibatkan hati dan perasaan tidak ada
yang main-main. Segalanya sudah jelas karena akan berdampak besar bagi hidup
seseorang, entah langsung atau tidak langsung. Pemikiran seperti itu lahir
karena sejarah hidupku dan latar belakangku, aku yakin. Pengalaman membentukku
menjadi seseorang yang begitu sensitif ketika membahas hati dan sekelumitnya.
Ini terjadi begitu
saja, tanpa rencana. Tidak ada maksud untuk menyakiti siapa-siapa atau tujuan
apa. Segalanya mengalir tidak terduga.
Aku sendiri tidak paham
ketika menerimanya. Hematku, kita sama-sama bercanda dan ingin bermain-main
dengan dunia. Tanpa melibatkan hati, pun logika. Mungkin aku lah yang sedang
sakit jiwa, sehingga begitu lancang membuka pintu namun malah pergi
meninggalkan sang tamu. Berkelana. Ke antah berantah tidak terjamah.
Mereka bilang, aku
terlalu ambil pusing tentangnya. Ia akan baik-baik saja kalau aku mengikuti
cerita. Tapi, siapa sutradaranya? Aku tidak suka dengan naskah yang ada. Aku
tidak bisa memaksakan diriku berperan menjadi orang lain dalam ceritaku
sendiri. Aku tidak suka memaksakan hatiku untuk jatuh. Kasihan, dia sudah
terlalu sering terluka jadi tidak akan lagi aku paksa-paksa. Biar saja dia
jatuh kalau memang waktunya.
Aku tidak akan berkata,
“Kamu terlalu baik untukku.” Kepadanya. Meski memang pada kenyataannya, dia
sangat teramat baik. Aku sendiri ingin jatuh kepadanya, tapi hatiku belum bisa.
Akalku merangrang, kenapa dengan hatiku? Apa yang kurang dari dirinya? Sosok
seperti itu akan sulit ditemui, aku yakin. Tapi bicara hati, memang tidak bisa
dipaksa dan ditakar logika.
Sekarang, aku akan
mengakhiri segala sesuatu yang dimulai dengan kesalahan. Tidak apa kalau
terluka asal tidak ada lagi yang namanya dusta.
Ditulis pada 27
Oktober, 21.37 dalam keadaan gamang.